Sebelas bulan lebih kita telah melewati hari dalam suasana pandemi karena Covid-19. Kasus Covid-19 pertama kali diumumkan pemerintah pada tanggal 2 Maret 2020. Saat itu banyak orang merasa optimis bahwa negara ini mampu mengendalikan virus ini. Namun ternyata harapan tersebut pupus. Jumlah orang yang terjangkit Covid-19 terus bertambah. Bahkan terhitung sejak tanggal 16 Maret 2020, kita terpaksa melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Masa pandemi yang kita hadapi saat ini menghasilkan beragam tantangan yang tidak mudah. Tantangan tersebut haruslah kita hadapi. Kita sebagai manusia diberi akal dan pikiran untuk menyelesaikan tantangan, bukan menyerah pada tantangan. Seperti judul novel dari Prie G.S., “hidup itu keras, maka gebuklah”. Ya, kita harus tetap produktif dan terus berproses meskipun dilanda pandemi.

Penerapan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring merupakan satu dari sekian banyak tantangan di masa pandemi. Banyak kendala yang dialami dalam proses pembelajaran daring. Para guru sudah berusaha berusaha semaksimal mungkin memberikan pembelajaran yang efektif bagi para siswa. Menilik dari kondisi pembelajaran daring saat ini, ada kisah dari dunia pewayangan yang dapat kita jadikan pembelajaran. Kisah tersebut berasal dari tokoh wayang bernama Bambang Ekalaya atau dikenal juga dengan nama Palgunadi.

Bambang Ekalaya bukanlah dari golongan kesatriya seperti para Pandawa. Dia berasal dari golongan terendah dalam dunia pewayangan, yaitu golongan pemburu. Bambang Ekalaya bercita-cita dapat memiliki kesaktian memanah layaknya Arjuna yang sudah mashyur pada saat itu. Dengan tekad yang bulat untuk belajar, Bambang Ekalaya memutuskan pergi ke Astina untuk menemui Resi Drona. Resi Drona merupakan guru dari Pandawa dan Kurawa.

Sesampainya di Astina, Bambang Ekalaya mendapati Resi Drona sedang melatih para Pandawa dan Kurawa. Melihat hal tersebut, Bambang Ekalaya semakin kagum dan hormat terhadap Resi Drona. Setelah beberapa saat mengamati, Bambang Ekalaya keluar dari persembunyiannya. Dia memohon kepada Resi Drona agar dapat diangkat sebagai muridnya. Permintaan tersebut langsung ditolak oleh Resi Drona. Resi Drona telah berjanji tidak akan mengangkat murid lain kecuali dari Pandawa dan Kurawa.

Mendapat penolakan seperti itu tidak menjadikan Bambang Ekalaya patah semangat. Dia tetap mengamati dari kejauhan bagaimana Resi Drona mendidik Pandawa dan Kurawa. Apa yang dia tangkap selalu dia praktikkan. Bahkan Bambang Ekalaya membuat patung Resi Drona. Hal tersebut dia lakukan agar ketika dia belajar seolah sedang diawasi oleh Resi Drona. Bambang Ekalaya berkata, “meskipun ragaku menghadap batu, tetapi hatiku selalu menghadapmu guru”.

Berkat kegigihannya belajar jarak jauh, Bambang Ekalaya memiliki kemampuan memanah setara dengan Arjuna. Bahkan ke Belajar jarak jauh? Ya, karena Bambang Ekalaya hanya mengamati dari kejauhan saat Resi Drona mendidik Pandawa dan Kurawa. Ekalaya juga berlatih meskipun hanya didampingi patung Resi Drona yang dia buat. Hampir sama dengan kondisi saat pandemi ini bukan?

Bambang Ekalaya merupakan salah satu tokoh teladan seorang murid dalam kisah pewayangan. Hanya saja kisahnya tidak sekompleks kisah Pandawa. Kisah Bambang Ekalaya juga berakhir ‘sad endingí’ karena dia harus gugur karena mengikuti perintah Resi Drona yang sangat dia hormati sebagai guru. Di akhir hayatnya pun Bambang Ekalaya masih menunjukkan rasa hormat terhadap gurunya meskipun harus kehilangan kesaktian dan nyawanya.

Dari kisah Bambang Ekalaya tersebut terdapat persamaan antara proses pembelajaran yang dilakukan dengan kondisi pembelajaran disaat pandemi ini. Persamaan pertama yaitu tentu saja proses pembelajaran yang dilakukan secara tidak langsung. Saat pandemi ini kita melakukan pembelajaran yang dilakukan tanpa tatap muka secara langsung. Dari kisah pembelajaran yang hampir serupa tersebut, ada dua pelajaran yang dapat kita petik.

Pelajaran pertama yaitu bersungguh-sungguh dan gigih dalam belajar. Dalam kisah tadi dijelaskan, Ekalaya harus mengalami penolakan dari sang guru saat ingin belajar. Meskipun ditolak namun dia menunjukkan kesungguhannya dalam belajar. Setiap hari dia selalu mengamati bagaimana materi yang disampaikan oleh Resi Drona meskipun harus dengan sembunyi-sembunyi. Siswa diharapkan memiliki kesungguhan dan kegigihan dalam belajar seperti Ekalaya.

Siswa diharapkan tetap bersungguh-sungguh meskipun pembelajaran melalui daring. Saat berlangsungnya pembelajaran daring para siswa diharapkan tetap fokus dan aktif sebagai bukti kesungguhan dalam belajar. Kendala koneksi bukanlah halangan jika para siswa bersungguh-sungguh dalam belajar. Di mana ada niat, di situ ada jalan.

Pelajaran kedua yaitu memperdalam kompetensi dan berlatih mandiri. Layaknya Ekalaya yang berlatih mandiri, para siswa juga diharapkan demikian di masa pembelajaran daring ini. siswa diharapkan dapat aktif mencari sumber belajar mandiri untuk memperdalam materi. Pada era digital seperti saat ini, semua informasi dapat diakses dalam satu genggaman. Semua kembali ke pribadi masing-masing. Maukah kita berusaha?

Di akhir uraian ini, marilah kita libas segala tantangan. Pandemi bukanlah halangan untuk tetap belajar dan berproses. Belajar bukanlah paksaan dari guru, tapi kebutuhan kita untuk meraih cita-cita. Bermimpilah setinggi langit selagi tidak ada yang melarang. Mimpi tidak hanya untuk dinikmati dalam tidur, tapi wujudkan mimpi indah kalian. Hidup itu keras, maka gebuklah!

SMK BINA NUSANTARA SEMARANG adalah sekolah menenengah kejuruan yang berdiri pada tanggal 18 mei 2010 dibawah Yayasan Bina Nusantara

SMK BINA NUSANTARA SEMARANG beralamat di jl.Kemantren No.5 wonosari Ngaliyan Semarang. Dengan luas lokasi  4004 m2, sarana dan prasarana yang memadai, suasana belajar yang nyaman karena berada di tengah perkamampungan masyarakat yang jauh dari kebisingan.

Sekolah

Sejarah

Kontak

Galeri

Berita Kampus

Quick Link

 PPDB

 Ujian

 Pengumuman

 Kelas Industri

Alamat

Jl. Kemantren Raya No.5, RT.02/RW.04, Wonosari, Kota Semarang

Copyright © 2020 Binusa Semarang

Made with ❤️ at Binusa Semarang