1.Zaman Kolonial
Zaman VOC
- Sebelum bangsa Eropa datang ke Indonesia, transaksi dilakukan secara barter sehingga tidak dilakukan pencatatan.
- Pada akhir abad ke-16 Belanda datang ke Indonesia untuk berdagang, mereka membentuk VOC pada tahun 1602. VOC membuka cabangnya di Batavia pada 1619 dan di tempat-tempat lain di Indonesia.
- VOC memperoleh hak monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilakukan secara paksa di Indonesia, di mana jumlah transaksi dagangnya, baik frekuensi maupun nilainya terus bertambah. Pada tahun ini sudah dipastikan Maskapai Belanda telah melakukan pencatatan atas transaksinya.
- Berkaitan dengan hal itu, terdapat bukti autentik mengenai catatan pembukuan di Indonesia paling tidak sudah ada menjelang pertengahan abad ke-17, menurut Stible dan Stroomberg. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sebuah Instruksi Gubernur Jenderal VOC pada tahun 1642 yang mengharuskan dilakukan pengurusan pembukuan atas penerimaan uang, pinjaman-pinjaman, dan jumlah uang yang diperlukan untuk pengeluaran (eksploitasi) garnisun-garnisun dan galangan kapal yang ada di Batavia dan Surabaya.
2. Zaman Penjajahan Belanda
- VOC bubar pada 31 Desember 1799, kemudian kekuasaannya diambil alih oleh Kerajaan Belanda. Zaman penjajahan Belanda dimulai pada tahun 1800-1942.
- Pada tahun itu catatan pembukuannya menekankan pada mekanisme debet dan kredit, yang antara lain dijumpai pada pembukuan Amphioen Socyteit di Batavia yang merupakan usaha milik Belanda peredaran candu dan morfin.
- Catatan pembukuannya merupakan modifikasi sistem Venesia-Italia, dan tidak dijumpai adanya kerangka pemikiran konseptual untuk mengembangkan sistem pencatatan tersebut karena kondisinya sangat menekankan pada praktik-praktik dagang yang semata-mata untuk kepentingan perusahaan Belanda.
- Segmen bisnis menengah di kuasai oleh Cina, India, Arab. Praktik pembukuan mereka menggunakan sistem asal etnis yang bersangkutan.
- Hadibroto (1992) mengikhtisarkan sistem pembukuan asal etnis sebagai berikut.
- Sistem pembukuan Cina : Sistem Hokkian (Amoy), Sistem Kanton, Sistem Hokka, Sistem Tio Tjoe atau Sistem Swatow, Sistem Gaya Baru (New System).
- Sistem pembukuan India atau Sistem Bombay
- Sistem pembukuan Arab atau Hadramaut
Pendidikan Akuntansi
Pada saat itu, di Indonesia belum ada Pendidikan Tinggi ekonomi. Hanya ada Pendidikan hokum, kedokteran, dan teknik. Sehingga, orang Indonesia yang ingin menjadi sarjana ekonomi harus belajar di Belanda atau negara lain. Dr. Abutari adalah akuntan pertama Indonesia yang meraih gelar di negeri Belanda.
3. Zaman Penjajahan Jepang
- Masa penjajahan Jepang 1942-1945, banyak orang Belanda yang ditahan, sehingga kekurangan tenaga kerja di Kementrian Keuangan. Untuk mengatasi hal tersebut diadakan kursus dan latihan pembukuan pola Belanda.
- Namun pada masa ini belum ada perubahan yang berarti. Pembukuan tetap menggunakan pola Belanda. Jepang mengajarkan pembukuan dalam huruf Kanji, namun tidak diajarkan pada orang Indonesia.